Jumat, 19 Februari 2010

TAMAN NASIONAL LORE LINDU

Taman Nasional Lore Lindu memiliki berbagai tipe ekosistem yaitu hutan pamah tropika, hutan pegunungan bawah, hutan pegunungan sampai hutan dengan komposisi jenis yang berbeda.
Tumbuhan yang dapat dijumpai di hutan pamah tropika dan pegunungan bawah antara lain Eucalyptus deglupta, Pterospermum celebicum, Cananga odorata, Gnetum gnemon, Castanopsis argentea, Agathis philippinensis, Philoclados hypophyllus, tumbuhan obat, dan rotan.
Hutan sub-alpin di taman nasional ini berada diatas ketinggian 2.000 meter dpl. Keadaan hutannya sering diselimuti kabut, dan sebagian besar pohonnya kerdil-kerdil yang ditumbuhi lumut.

Di dalam kawasan taman nasional terdapat berbagai ragam satwa yaitu 117 jenis mamalia, 88 jenis burung, 29 jenis reptilia, dan 19 jenis amfibia. Lebih dari 50 persen satwa yang terdapat di kawasan ini merupakan endemik Sulawesi diantaranya kera tonkean (Macaca tonkeana tonkeana), babi rusa (Babyrousa babyrussa celebensis), tangkasi (Tarsius diannae dan T. pumilus), kuskus (Ailurops ursinus furvus dan Strigocuscus celebensis callenfelsi), maleo (Macrocephalon maleo), katak Sulawesi (Bufo celebensis), musang Sulawesi (Macrogalidia musschenbroekii musschenbroekii), tikus Sulawesi (Rattus celebensis), kangkareng Sulawesi (Penelopides exarhatus), ular emas (Elaphe erythrura), dan ikan endemik yang berada di Danau Lindu (Xenopoecilus sarasinorum).
Disamping kekayaan dan keunikan sumberdaya alam hayati, taman nasional ini juga memiliki kumpulan batuan megalitik yang bagus dan merupakan salah satu monumen megalitik terbaik di Indonesia.
Taman Nasional Lore Lindu mendapat dukungan bantuan teknis internasional, dengan ditetapkannya sebagai Cagar Biosfir oleh UNESCO pada tahun 1977.
Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:
Lembah Besoa.
Melihat habitat maleo, megalit dan rekreasi.
Danau Lindu, Gimpu, Wuasa, Bada. Danau, bersampan dan pengamatan satwa burung.
Lembah Saluki, Lembah Bada, Lembah Napu. Melihat berbagai batu megalit.
Gunung Nokilalaki, Gunung Rorekatimbo, Sungai Lariang. Pendakian dan berkemah serta arung jeram.
Danau Lewuto. Danau dan melihat peninggalan mayat Moradino.
Dongi-dongi, Kamarora. Berkemah, air panas, lintas hutan, pengamatan satwa.
Atraksi budaya di luar taman nasional yaitu Festival Danau Poso pada bulan Agustus.

Musim kunjungan terbaik: bulan Juli s/d September setiap tahunnya.
Cara pencapaian lokasi: Dapat dicapai dengan kendaraan roda empat: Palu-Kamarora (50 km) dengan waktu tempuh 2,5 jam, Palu-Wuasa (100 km) lima jam dan Wuasa-Besoa (50 km) empat jam. Palu- Kulawi (80 km) enam jam. Perjalanan di dalam kawasan dapat dilakukan dengan jalan kaki ataupun dengan naik kuda dengan route : Gimpu-Besoa-Bada selama tiga hari dan Saluki (Sidaonta) – Danau Lindu selama satu hari.

keunikan hutan mangrove

Vegetasi hutan manggrove di Indonesia berkembang sangat baik dan memiliki kekayaan spesies yang tinggi. Jumlah jenis tumbuhan dihutan mnggrove yang telah tercatat mencapai 202 spesies, terdiri atas 89 spesies pohon, 5 Palem, 19 Liana, 44 Herba Tanah, 44 Epifit dan 1 Sikos (Giesen CED, IN prep).namun demikian hanya 47 yang benar-benar spesifik tumbuhan hutan mangrove (Istianto Dwi Martoyo Balai Konservasi Sumber Daya alami bali) disampaikan pada Pelatihan Pengelolaan Hutan Manggrove Lestari, Pusat informasi Manggrove, Denpasar 3-13 juni 2003 diadakan oleh JICA (japan International Cooperation Agency).

Jenis-jenis Rhizopora, Sonneratia, dan Lumnitzera mauun mengatasi kadar garam yang tinggi dengan Akarnya dapat menyaring NACL dari air seperti:
  • Memiliki sel-sel khusus didalam daun yang berfungsi menyimpan garamdan ini kemudian digugurkan.
  • Memiliki sel penyimpan air, tumbuhan mengambil air pada saat pasokan air tawar cukup banyak, kemudian menyimpannya pada sel-sel tersebut. Air simpanan ini dipergunakan untuk menencerkan cairan sel yang kadar garamnya lebih tinggi.
  • Bersifat sukarelatis, yaitu berdaun tebal dan banyak mengandung air.
  • Daunnya mempunyai Struktur Stomata khusus untuk mengurangi penguapan.
  • Adaptasi terhadap kadar oksigen yang rendah dalam tanah.

FAHUTAN UNTAD


Radar Sul-Teng, Selasa, 19 Januari 2010. Universitas Tadulako (Untad) ketambahan satu fakultas. Fakultas itu adalah Fakultas Kehutanan (Fahutan). Kemarin (18/1), seremoni peresmian digelar. Gubernur Sulteng HB Paliudju berkesempatan hadir sekaligus meresmikan Fahutan Untad secara langsung.

Peresemian Fahutan itu ditandai dengan pembukaan selubung papan nama dan penandatanganan prasasti gedung fakultas oleh gubernur. Orang nomor satu di Sulteng itu juga berkesempatan menanam pohon kenangan di halaman fakultas. Disusul oleh para pejabat muspida dan pejabat di lingkungan Untad.

Dalam sambutannya, Paliudju menyatakan kehadiran Fahutan di daerah ini sudah tepat. Pasalnya dinilai bertepatan dengan dimulakannya era pengelolaan hutan berbasis kesatuan pengelolaan hutan (KPH). Paliudju menjelaskan KPH merupakan manajemen kelola sumberdaya hutan secara efisien dan lestari. Sementara Untad, khususnya Fahutan, sebagai salah satu sentral utama pembinaan dan penyediaan sumberdaya manusia (SDM) yang andal.

Terkait SDM tersebut, Paliudju sedikit menyinggung soal alumni. Di luar sambutan tertulisnya, Paliudju menekankan agar proses peralihan menjadi fakultas tidak merugikan mahasiswa. Khususnya mereka yang akan menyelesaikan studi di masa transisi seperti saat ini. "Mahasiswa tetap nomor satu. Jadi jangan sampai dirugikan," ujar Paliudju pada akhir sambutannya.

Fahutan Untad resmi berdiri setelah melewati proses selama 10 tahun. Menurut Rektor Untad Drs Sahabuddin Mustapa MSi, hal itu merupakan perjuangan panjang. Karena sejak pertama dibuka sebagai Program Studi Manajemen Hutan pada 1999, Sahabuddin mengaku statusnya masih nyantol (menempel) pada Fakultas Pertanian. Pada 2005 meningkat menjadi Jurusan Kehutanan di Fakultas Pertanian.

"Itu (nyatol) karena memiliki batang ilmu yang tidak sama dengan ilmu pertanian, dan memiliki konsorsium ilmu yang terpisah dengan ilmu pertanian," jelas Sahabuddin.

Dia lantas menyatakan sudah sepatutnya civitas akademika Fahutan Untad bersyukur. Sebab pada 16 April 2009, Fahutan resmi didirikan dengan menggunakan SK Rektor Untad, memeroleh persetujuan Dirjen Dikti dengan surat bernomor 559/DT/T/2009.

Resmi berdirinya Fahutan, yang terpisah dari Fakultas Pertanian (Faperta), mendapat tanggapan positif. Dekan Faperta Prof Dr Ir M Basir Cyio SE MS dengan besar hati menyatakan pihaknya ikhlas melepas “anak gadis”-nya itu. Prof Basir Cyio memang menggunakan istilah “anak gadis” bagi Fahutan saat membacakan sambutannya.

“Ini juga menegaskan bahwa kami tidak pernah khawatir dengan perubahan. Perubahan bagian dari hidup kami. Karena itu juga, setelah Fakultas Kehutanan resmi berdiri maka Fakultas Peternakan dalam proposal pengusulan. Belum lama ini SK panitia sudah kami tandatangani,” ungkap Prof Basir Cyio.

Sementara itu, tanggapan juga datang dari ikatan alumni mahasiswa kehutanan, yang jumlahnya mencapai sedikitnya 400 orang. Yusuf SHut, sebagai alumni, menyatakan berdirinya Fahutan Untad merupakan suatu pencapaian yang perlu mendapat apresiasi. Apalagi bagi dirinya, berdirinya Fahutan layaknya mimpi yang menjadi kenyataan.(uq)