JAKARTA ?" Greenpeace berhasil mengumpulkan lebih dari 2,500 tanda tangan untuk mendukung petisi Pembela Hutan Indonesia untuk moratorium tanpa syarat atas penghancuran hutan lahan gambut dan menjamin tindakan yang efektif untuk melawan kebakaran hutan.
Dukungan ini diberikan selama berlangsungnya Forest Defenders Camp Satellite Station (FDCSS) selama 9 hari yang berakhir hari ini (11/11/2007) di Taman Monas, Jakarta. FDCSS diselenggarakan untuk mendukung dan menyebarkan informasi dari Kamp Pembela Hutan (Forest Defenders Camp/FDC) yang dibuat Greenpeace di dekat kebun kelapa sawit di Kuala Cenaku, Indragiri Hulu, Riau, sebagai upaya untuk menyoroti dan menghentikan penghancuran hutan lahan gambut sekaligus guna mendukung solusi atas deforestasi untuk jangka panjang di Indonesia.
Sekitar 4.000 orang datang ke FDCSS; menunjukkan tingginya antusiasme masyarakat terhadap pentingnya hutan bagi manusia. Diselenggarakan pula pelatihan pembela hutan bagi kaum muda yang sungguh-sungguh ingin menyelamatkan hutan Indonesia melalui kampanye di lingkungan mereka.
? Kami berkampanye agar deforestasi dicantumkan dalam putaran berikut Protokol Kyoto. Keputusan yang akan diambil oleh pemerintah amat penting demi mengamankan pembiayaan dan kemampuan yang dibutuhkan oleh Indonesia untuk menjaga hutan serta untuk berkontribusi dalam upaya global guna mengurangi emisi gas rumah kaca,? kata Bustar Maitar, Juru Kampanye Solusi Kehutanan Greenpeace Asia Tenggara. ? Pemerintah harus bertindak sebelum konperensi PBB tentang perubahan iklim di Bali bulan depan. Ini saatnya bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengakui bahwa pengalihan lahan gambut berpengaruh terhadap perubahan iklim, dan mengeluarkan moratorium mutlak atas semua penghancuran hutan lahan gambut,? tambahnya.
Laporan Greenpeace yang terbaru, bertajuk ? Cooking The Climate,? menunjukkan penghancuran lahan gambut di Indonesia menyumbang 4 persen dari keseluruhan emisi tiap tahun. Laporan ini berkesimpulan bahwa moratorium atas pembabatan hutan dan penghancuran lahan gambut merupakan langkah yang paling cepat dan tepat untuk mengurangi tingkat emisi di Indonesia. Rehabilitasi lahan gambut juga amat efektif.
Greenpeace ingin agar pemerintah-pemerintah dunia di Bali nanti sepakat melakukan perundingan mengenai mekanisme baru pembiayaan guna menyelamatkan sisa hutan tropis, yang harus menjadi bagian penting putaran lanjut dari Protokol Kyoto. Penurunan emisi akibat deforestasi harus melengkapi penurunan emisi dari pembakaan bahan bakar fosil. (srn)
Dukungan ini diberikan selama berlangsungnya Forest Defenders Camp Satellite Station (FDCSS) selama 9 hari yang berakhir hari ini (11/11/2007) di Taman Monas, Jakarta. FDCSS diselenggarakan untuk mendukung dan menyebarkan informasi dari Kamp Pembela Hutan (Forest Defenders Camp/FDC) yang dibuat Greenpeace di dekat kebun kelapa sawit di Kuala Cenaku, Indragiri Hulu, Riau, sebagai upaya untuk menyoroti dan menghentikan penghancuran hutan lahan gambut sekaligus guna mendukung solusi atas deforestasi untuk jangka panjang di Indonesia.
Sekitar 4.000 orang datang ke FDCSS; menunjukkan tingginya antusiasme masyarakat terhadap pentingnya hutan bagi manusia. Diselenggarakan pula pelatihan pembela hutan bagi kaum muda yang sungguh-sungguh ingin menyelamatkan hutan Indonesia melalui kampanye di lingkungan mereka.
? Kami berkampanye agar deforestasi dicantumkan dalam putaran berikut Protokol Kyoto. Keputusan yang akan diambil oleh pemerintah amat penting demi mengamankan pembiayaan dan kemampuan yang dibutuhkan oleh Indonesia untuk menjaga hutan serta untuk berkontribusi dalam upaya global guna mengurangi emisi gas rumah kaca,? kata Bustar Maitar, Juru Kampanye Solusi Kehutanan Greenpeace Asia Tenggara. ? Pemerintah harus bertindak sebelum konperensi PBB tentang perubahan iklim di Bali bulan depan. Ini saatnya bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengakui bahwa pengalihan lahan gambut berpengaruh terhadap perubahan iklim, dan mengeluarkan moratorium mutlak atas semua penghancuran hutan lahan gambut,? tambahnya.
Laporan Greenpeace yang terbaru, bertajuk ? Cooking The Climate,? menunjukkan penghancuran lahan gambut di Indonesia menyumbang 4 persen dari keseluruhan emisi tiap tahun. Laporan ini berkesimpulan bahwa moratorium atas pembabatan hutan dan penghancuran lahan gambut merupakan langkah yang paling cepat dan tepat untuk mengurangi tingkat emisi di Indonesia. Rehabilitasi lahan gambut juga amat efektif.
Greenpeace ingin agar pemerintah-pemerintah dunia di Bali nanti sepakat melakukan perundingan mengenai mekanisme baru pembiayaan guna menyelamatkan sisa hutan tropis, yang harus menjadi bagian penting putaran lanjut dari Protokol Kyoto. Penurunan emisi akibat deforestasi harus melengkapi penurunan emisi dari pembakaan bahan bakar fosil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar